"Amarah itu mematikan hati dan melukai, menutup maaf, dan menciptakan benci." - Still
Teruntuk: Yang pernah menjadi
bagian hidupku
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Gimana
kabar kamu sekarang? Semoga Allah selalu memberikan kebaikan, kebahagiaan,
ketenangan dalam hidup kamu. Kabar aku baik-baik aja sekarang. Ahh, tapi
seharusnya aku tak perlu mengatakannya padamu, toh kamu tak menanyakannya juga
kan?
Sebelumnya
aku minta maaf, karena aku sudah lancang buat nulis ini padamu. Sungguh, sama
sekali aku engga ada maksud sedikitpun buat ganggu ketentraman hidupmu lagi.
Sepenuhnya aku menyadari kalau kita sudah tak lagi seperti dulu, dan tak akan
bisa seperti dulu lagi. Memang sih, terkadang aku masih merindukanmu,
merindukan masa lalu, tapi itu cuma sebatas rindu, dan bukan ingin memutar
waktu. Terus, kamu jangan berpikiran aku tengah menangis saat surat ini ku
tulis yaah, karena sekarang bahagia, meskipun aku tak bisa mengelak kalau masih
ada luka yang tersisa. Tapi sungguh, luka itu tak lagi menyakitiku. Luka itu
menguatkanku. Aku tak lagi menangis saat namamu disebut. Aku tak lagi merasa
kosong saat melewati sudut-sudut penuh kenangan. Jika ada satu atau dua bulir
air matamembayang, itu hanya karena aku tidak benar-benar dapat membuang
kenanganmu. Dan kupastikan kemarin adalah hari terakhir aku menangisimu,
memikirkanmu, dan merindukanmu.
Sempat
terlintas juga, kenapa aku membencimu. Meski aku tahu kalau itu bukan tanpa
sebab. Aku membencimu karena dulu aku mencintaimu. Lucu memang. Bodoh. Tapi kau
juga sama seperti aku, membenci aku yang dulu dengan hadirmu mampu memberi
warna dalam hidupmu. Aku tak menyalahkan siapapun dengan keadaan ini. Mungkin,
dulu kita hanya terjebak dalam keegoisan masing-masing hingga harus berakhir
dengan perpisahan. Kau tahu, Amarah itu mematikan hati dan melukai, menutup maaf,
dan menciptakan benci. Harusnya, kita tak perlu seperti ini. Kita sudah
sama-sama dewasa. Kau ingat kan, awalnya kita saling mengenal dengan cara yang
baik, memulai hubungan dengan baik-baik juga, apa harus kita berakhir dengan
seperti ini? Harusnya kita bisa membuat akhir yang baik juga kan? Tanpa ada
luka, tanpa ada kecewa. Berawal dari teman dan kembali lagi menjadi teman.
bukankah itu suatu kedewasaan?
Oh iya,
aku juga mengucapkan terima kasih atas semua kebaikan kamu. Terima kasih atas
canda, tawa, dan luka yang kau berikan. Terima kasih juga, karena kamu aku bisa
jauh lebih kuat dan jauh lebih tegar. Aku bahagia bisa mengenalmu. Meski
akhirnya tidak bahagia, setidaknya kita pernah tertawa bersama. Maaf jika aku
tidak bisa menjadi yang terbaik untukmu. Semoga kau selalu bahagia.
Wassalam,
Dari yang pernah mencintaimu
#Yeyaii, ini sebenarnya late post, dibuat pas jaman aku semester 2, sekarang hampir semester 5 :)